St.
Jerome menulis: "Tentang argumen
bahwa dalam berkat kedua Tuhan (Kej. 9:3),
izin diberikan untuk makan daging - izin yang
tidak diberikan dalam berkat pertama (Kej. 1:29) – biarlah dimengerti bahwa sama seperti izin
untuk menceraikan istri, menurut kata-kata
sang Juruselamat, tidak diberikan sejak awal, tetapi diberikan kepada umat
manusia oleh Musa karena kekerasan hati kita (Mat 19), demikian juga konsep
makan daging tidak diketahui sampai setelah Air Bah ... "
Ini adalah tanda kurang berkembang pemahaman teologis kita bahwa banyak orang menggunakan Kejadian 9 untuk membenarkan kekerasan dan kekejaman yang melekat dalam pabrik peternakan dan rumah pemotongan hewan. Dalam Kejadian 9, Tuhan membuat perjanjian "antara [Tuhan] dan [manusia], dan setiap jenis makhluk hidup." Penting untuk mengingat bahwa pada saat banjir, Tuhan telah menyadari bahwa hati manusia “jahat dari sejak masih kecil " (Kejadian 8), dan dalam konteks kejahatanlah, baik makan hewan maupun perbudakan diijinkan Tuhan dalam Kejadian 9 (menarik untuk membaca perdebatan kongres antara tahun 1820-1865, di mana para senator AS dan perwakilan rakyat menggunakan Kejadian 9 untuk membenarkan perbudakan sebagai bagian dari rencana Tuhan). Ada sejumlah ketentuan tentang bagaimana memperlakukan budak dan bagaimana memperlakukan hewan, tetapi keduanya diperbolehkan, mungkin karena dengan membiarkan mereka, Tuhan dapat mengurangi kekejian dengan menciptakan hukum untuk meredam kekejaman manusia saat memakan hewan.
Ini adalah tanda kurang berkembang pemahaman teologis kita bahwa banyak orang menggunakan Kejadian 9 untuk membenarkan kekerasan dan kekejaman yang melekat dalam pabrik peternakan dan rumah pemotongan hewan. Dalam Kejadian 9, Tuhan membuat perjanjian "antara [Tuhan] dan [manusia], dan setiap jenis makhluk hidup." Penting untuk mengingat bahwa pada saat banjir, Tuhan telah menyadari bahwa hati manusia “jahat dari sejak masih kecil " (Kejadian 8), dan dalam konteks kejahatanlah, baik makan hewan maupun perbudakan diijinkan Tuhan dalam Kejadian 9 (menarik untuk membaca perdebatan kongres antara tahun 1820-1865, di mana para senator AS dan perwakilan rakyat menggunakan Kejadian 9 untuk membenarkan perbudakan sebagai bagian dari rencana Tuhan). Ada sejumlah ketentuan tentang bagaimana memperlakukan budak dan bagaimana memperlakukan hewan, tetapi keduanya diperbolehkan, mungkin karena dengan membiarkan mereka, Tuhan dapat mengurangi kekejian dengan menciptakan hukum untuk meredam kekejaman manusia saat memakan hewan.
Ini mirip dengan
kebijakan pemerintah untuk membagi-bagikan kondom kepada pengunjung klab malam atau di daerah-daerah lokalisasi.
Pemerintah melakukan ini bukan karena mereka mendukung seks bebas tapi karena tahu bahwa tidak mungkin mengharapkan semua yang datang ke sana untuk langsung
sadar dan berbalik dari prilaku seks bebas tersebut dalam waktu singkat. Jadi dikeluarkanlah
kebijakan membagikan kondom untuk meredam efek-efek negatif yang muncul akibat
prilaku seks bebas.
Karena kekerasan telah
merajalela di Bumi, Tuhan mengetahui bahwa manusia nantinya akan makan hewan. Tapi Dia memperingatkan
bahwa "Kamu tidak boleh makan daging yang
masih ada nyawanya, yakni darahnya." Hal
ini memang tidak berarti banyak di
masa kini karena sebagian besar pemakan daging hanya mengambil sepotong daging yang terbungkus plastik
dari kulkas mereka. Tapi
untuk masa tersebut, ini
adalah ayat
revolusioner dalam membela
kesejahteraan hewan. Pada
masa kitab Kejadian, orang
biasanya akan memotong sebagian kecil tubuh hewan (misalnya, kaki
keledai atau punuk unta) dan kemudian menutupi
lukanya dengan garam, membuat hewan tersebut hidup dalam kesengsaraan yang luar biasa. Tuhan
mengetahui bahwa manusia akan membunuh dan memakan hewan, sama seperti Tuhan menyadari bahwa
manusia akan mempunyai budak. Kedua
hal in tidak konsisten dengan rencana ideal Tuhan seperti yang dibuatNya dalam Taman Eden
dan visi dari Yesaya 11. Meskipun
Tuhan mengetahui bahwa orang akan makan daging, Allah mewajibkan pemakan daging
membunuh hewan sebelum dimakan dan membuat berbagai
undang-undang mengenai konsumsi hewan. Untuk
lebih lanjut tentang topik ini, silakan baca pertanyaan, "Mengapa Yesus tidak langsung mengutuk pemakan daging?"
Kalimat, " Akan takut dan akan gentar (ngeri) kepadamu segala binatang di bumi ..." melukiskan gambaran yang sangat jelas tentang Allah yang bergidik melihat kekerasan dan eksploitasi manusia. Jelaslah masa itu kemanusiaan tidak ada dalam masa kejayaan bila hewan hidup dalam ketakutan dan kengerian terhadap kita. Siapa dari kita tidak pernahmelihat anjing atau kucing yang pernah disiksa dan meringkuk dalam ketakutan terhadap kontak dari manusia? Apakah ini yang kita inginkan juga dialami oleh sapi, babi, ayam, dan hewan lainnya? Tentu saja tidak.
Kalimat, " Akan takut dan akan gentar (ngeri) kepadamu segala binatang di bumi ..." melukiskan gambaran yang sangat jelas tentang Allah yang bergidik melihat kekerasan dan eksploitasi manusia. Jelaslah masa itu kemanusiaan tidak ada dalam masa kejayaan bila hewan hidup dalam ketakutan dan kengerian terhadap kita. Siapa dari kita tidak pernahmelihat anjing atau kucing yang pernah disiksa dan meringkuk dalam ketakutan terhadap kontak dari manusia? Apakah ini yang kita inginkan juga dialami oleh sapi, babi, ayam, dan hewan lainnya? Tentu saja tidak.
Selain itu, di
Kej 9 Nuh dan keluarganya baru saja turun dari bahtera. Bumi telah
berbulan-bulan dalam banjir dan cerita tentang burung merpati yang kembali ke
bahtera setelah karena tidak ada tempat bertengger menandakan belum banyak
pepohonan atau vegetasi yang tumbuh. Jadi memang mereka memerlukan makanan yang
bukan berasal dari tumbuhan. Kita tidak dapat memberikan alasan yang sama pada
saat ini, bukan?
Di peternakan
saat ini, hewan diperlakukan seperti mesin, tidak pernah diberikan perhentian
Sabat yang diwajibkan
oleh Tuhan yang seharusnya
mereka terima sebagai salah
satu makhluk Tuhan. Beberapa hari
setelah lahir,
misalnya, tanduk sapi
dipotong dari kepala mereka dan paruh
anak ayam dipotong dengan pisau panas. Sapi
jantan dan babi dikebiri tanpa obat penghilang rasa sakit. Seluruh
hewan ini menghabiskan
hidup singkat mereka dalam kondisi penuh sesak dan dipenuhi gas amonia. Tempat
tinggal mereka begitu sempit sehingga mereka
tidak bisa berbalik atau mengepakkan sayap. Banyak
yang tidak pernah mendapatkan
udara segar sampai mereka didorong dan dijejalkan ke truk dalam perjalanan bak mimpi buruk menuju rumah jagal. Mereka
sering melalui cuaca ekstrim dan selalu tanpa makanan atau air. Hewan-hewan
tersebut kemudian digantung terbalik dan tenggorokan mereka yang diiris
terbuka, sering saat mereka
sepenuhnya sadar.
Satu-satunya respon yang benar dari orang Kristen untuk ejekan kepada para makhluk-makhluk Tuhan tersebut adalah menerapkan pola makan vegetarian.
Satu-satunya respon yang benar dari orang Kristen untuk ejekan kepada para makhluk-makhluk Tuhan tersebut adalah menerapkan pola makan vegetarian.
0 komentar: